⚾ Ridho Dengan Ujian Allah

Ketikasedang ditimpa ujian dari Allah, kata Habib Ridho, seorang hamba yang baik akan selalu menerimanya dengan pasrah, bahkan selalu bersyukur atas segala ketentuan yang Allah berikan. "Artinya, jangan kita keluar dari jalur dengan ujian yang akhirnya menjadi orang-orang yang sesat atau orang-orang yang tidak terima ujian itu, dan akhirnya
BAGAIMANA agar kita bisa ridho terhadap ketentuan atau qadha Allah? Ridho adalah tingkat tertinggi dalam menghadapi ujian. Tingkatannya diatas sabar. Perbedaanya menurut Ibnu Rajab adalah sesugguhnya sabar adalah menjauhkan, menjaga dan menahan diri dari merasa marah, murka terhadap takdir –pen namun masih ada perasaan pahit, sakit di hati -pen serta masih berharap sesuatu yang tidak mengenakkan di hati itu hilang. Sabar juga mencakup menahan anggota badan dari perbuatan yang menunjukkan adanya perasaan keluh kesah. Sedangkan ridho adalah lapangnya dada atas takdir, tidak berharap hilangnya kepedihan dari takdir Allah tersebut walaupun masih merasakan pahitnya. Namun keridhoannya mampu meringankan perasaan tersebut disebabkan dia telah mampu mengendalikan hatinya dengan ruh keyakinan dan dalamnya ilmunya terhadap takdir -pen. Jika ridho semakin kuat maka rasa pahit di hati itu akan hilang hilang semuanya.” Jami’ Al Ulum wal Hikam BACA JUGA Beriman Kepada Takdir Qadha dan Qadar Jadi, ridho itu sabar plus hati yang lapang, sama saja baginya kepedihan yang Allah takdirkan padanya hilang atau tidak. Sementara sabar masih berharap bahwa ujian atau musibah akan berlalu darinya. Ridho terhadap Qadha Allah Tingkat Manusia dalam Mengahadapi Cobaan 1. Marah dan tidak terima Tingkat paling rendah 2. Bersabar Menerima dan menahan diri Tingkat menengah Foto Freepik 3. Bersyukur Menerima dengan senang hati ridho terhadap qadha Allah karena semua dianggap nikmat. Tingkat tertinggi Makna syukur dalam menghadapi musibah adalah Ridho terhadap qadha Allah. Musibah adalah penghapus dosa secara mutlak. Bahkan walaupun orang yang mendapat musibah tersebut tidak meniatkan mencari pahala dari musibahnya, selama ia bersabar dan tidak marah kepada takdir. Jika ia meniatkan mencari pahala dari musibahnya maka selain mendapatkan penghapusan dosa, ia juga mendapatkan pahala. BACA JUGA Takdir Menurut 4 Imam Mazhab Foto Freepik Tingkatan yang paling tinggi dalam hal ini adalah ridha. Sebagian orang ketika mendapat musibah ia ridha senang. la merasakan musibah sebagai nikmat dan ia bersyukur kepada Allah atasnya. Adapun orang yang tidak bersabar ketika mendapat musibah, dan ia tidak bisa menahan hatinya untuk marah kepada takdir. dan tidak bisa menahan lisannya untuk mengeluh. maka tidak ada pahala baginya. Begitu menurut Syaikh Abdul Aziz Ar Rajihi. Wallahu a’lam bi showab. [] Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka." (HR. Ibnu Majah no. 4031). Ilustrasi mempelajari sikap ikhlas dan ridho. Foto PexelsUmat Muslim dianjurkan untuk melaksanakan semua amal ibadah dengan rasa ikhlas dan ridho. Keduanya perlu ditanamkan dalam diri setiap Muslim karena merupakan sikap yang disukai Allah orang menganggap ikhlas dan ridho adalah hal yang sama, faktanya keduanya memiliki makna berbeda. Lantas, apa perbedaan ikhlas dan ridho dalam syariat Islam? Simak penjelasannya di bawah Ikhlas dan RidhoDikutip dari buku Aqidah Akhlak Pada Madrasah oleh Indra Satia Pohan, ikhlas menurut syariat Islam disebut juga dengan qana’ah. Ini merupakan kerelaan hati dalam menerima sesuatu serta selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat dapat berfungsi sebagai motivasi bagi manusia untuk rajin dan giat dalam melakukan sesuatu dengan tujuan demi mencapai kesejahteraan hidup bagi dirinya, keluarga dan orang lain. Sikap ikhlas juga membantu manusia untuk mengendalikan hawa seorang Muslim, ikhlas menjadi sikap yang harus dimiliki agar terhindar dari sifat rakus, serakah, dan tamak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surat Az Zumar ayat 49 berikut iniفَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَانَاۖ ثُمَّ اِذَا خَوَّلْنٰهُ نِعْمَةً مِّنَّاۙ قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ ۗبَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَArtinya “Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku. Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”Ilustrasi bersikap ikhlas dan ridho. Foto PexelsSementara itu, ridho menurut bahasa artinya rela. Sedangkan secara istilah, ridho adalah menerima semua yang terjadi pada dirinya, baik kebahagian maupun kesedihan, dengan selalu berlapang dada serta menghadapinya dengan tabah, ikhlas, dan tidak putus Masyhuda Al-Mawwaz dalam buku Cara Allah Menolong Hamba-Nya, manusia harus memiliki sikap ridho agar menjadi pribadi yang berjiwa besar, bersikap tenang, dan selalu mensyukuri semua kehendak Allah SWT atas sikap ini sudah mengakar dalam sanubari manusia, maka hilanglah semua rasa sakit akibat berbagai musibah yang menimpanya. Dalam sebuah hadits dijelaskan“Dari Anas bin Malik RA bahwa Nabi SAW bersabda Sesungguhnya apabila Allah SWT mencintai suatu kaum, maka Dia mengujinya. Barangsiapa ridha terhadap ujian-Nya, maka dia memperoleh ridha-Nya dan barangsiapa tidak suka, maka mendapat murka-Nya.” HR. At TirmidziContoh Perilaku Ikhlas dan RidhoIlustrasi bersikap ikhlas dan ridho. Foto PexelsDiambil dari buku Meraih Dahsyatnya Ikhlas terbitan Penerbit Agromedia Pustaka, di antara beberapa contoh orang-orang yang ikhlas dan ridho dalam kehidupan adalah mereka yang rela menerima kenyataan hidup walaupun dalam keadaan yang yang ikhlas tidak akan banyak berangan-angan serta berharap sesuatu melebihi batas kemampuannya serta selalu ikhtiar dan berdoa untuk memperbaiki nasibnya di masa yang akan datang. Sifat ikhlas seperti ini didukung keridhoan dalam dirinya dengan selalu berserah diri kepada Allah SWT, baik dalam kehidupan yang lapang maupun yang dimaksud dengan ikhlas?Apa saja manfaat sikap ikhlas? Namun bersikaplah ridho dengan misalnya mencari daun seledri, kacang kedelai dan suwiran daging ayam. Ditambahi kecap dan krupuk sehingga bubur itu menjadi bubur ayam dengan citarasa spesial. Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang ridho (kepada ketentuan Allah) maka Allah akan ridho kepadanya.." (HR. Tirmidzi). Ditulis oleh: KH. - Ujian maupun cobaan selalu datang dalam kehidupan manusia yang terkadang membuat hidup terasa berat. Tanpa disadari, bukan hanya kebahagiaan tapi ujian yang datang dalam kehidupan ada campur tangan Allah SWT dengan maksud dan tujuan yang tidak dibayangkan oleh manusia. Ustadz Hanan Attaki yang dikenal lewat dakwah motivasinya menyampaikan cara manusia atau seorang hamba menyikapi dan menghadapi ujian dalam kehidupan yang diberikan oleh Allah SWT. Ustadz Hanan Attaki meyampaikan bahwa ujian itu tidak akan berhenti kecuali kalau dosa kita sudah habis karena tujuan Allah menguji kita terus untuk membersihkan diri kita dari dosa-dosa, lanjut Ustadz kelahiran Aceh ini. Sebagai manusia dan hamba kita harus membangun awareness atau kesadaran diri kala ujian dalam kehidupan datang berarti Allah SWT ingin membersihkan dosa-dosa hamba Nya. Dengan kesadaran itu, seorang hamba harus menanamkan perasaan ridho dan rela terhadap ujian-ujian dalam kehidupan yang Allah SWT datangkan kepadanya. "Sehingga yang harus ditanamkan dalam diri seorang hamba adalah ridho, rela, bukan ikhlas karena kata-kata ikhlas berhubungan dengan ibadah" tutur Ustadz Hanan Attaki pada laman Instagram ustadz_Hanan Kala ada ujian, cobaan manusia harus ridho atau rela dan menguatkan dirinya dengan menyerahkan diri sambil memohon kepada Allah SWT. 'Saya ridho ya Allah walaupun ini berat, saya ridho ya Allah walaupun saya berharap Engkau beri jalan keluar' ungkap Ustadz Hanan Attaki. "Saya ridho ya Allah walaupun saya berharap Engkau mau menolong' lanjut Ustadz Hanan Attaki menyontohkan ucapan yang harus diucapkan seseorang saat mendapat ujian. Tapi, seorang hamba harus tetap ridho dengan ujian dalam kehidupan sambil berdoa diberikan jalan keluar, ditolong, diberikan keajaiban oleh Allah SWT namun tidak mengeluh. Dan Ustadz Hanan Attaki mengingatkan bahwa berdoa meminta jalan keluar bukan termasuk mengeluh namun ibadah karena dalam Islam berdoa termasuk kedalam ibadah. Sehingga Allah SWT sangat menyukai hamba Nya yang berdoa dan mau menceritakan segala beban perasaan, pemasalahan atau mencurahkan segala perasaan dihatinya. Ustadz Hanan Attaki pun mengisahkan kalau melihat kebiasaan Nabi SAW bila ingin menceritakan isi hatinya atau mengadukan masalahnya kepada Allah SWT maka Nabi SAW akan berdoa selama berjam-jam. Ustadz Hanan Attaki menyampaikan dalam dakwahnya bahwa seorang hamba harus ridho terhadap ujian dalam kehidupan yang Allah SWT berikan sambil berdoa memohon bantuan dariNya.***
Penyakitmerupakan salah satu bentuk ujian dan cobaan dari Allah. Tentunya Allah berikan untuk hambanya sebagai bentuk kasih sayang Allah terhadap hambanya. Bagaimana manusia akan selalu mengingat Tuhannya, Barangsiapa yang ridho maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka."
Ridho dengan Ketentuan Allah. Foto Takdir ilustrasi diri sangatlah penting dalam rangka menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di dalam kehidupan ini. Sedangkan terhadap yang telah terjadi, maka sikap yang harus kita miliki adalah ridho. Pimpinan Majelis Ta'lim dan Zikir Baitul Muhibbin Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi mengatakan, ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi atau ridho pada hasil akhir "Yang akhirnya kita terima setelah usaha maksimal ikhtiar yang kita lakukan," kata Habib Abdurrahman melalui pesan hikmahnya kepada Republika, Senin 23/13. Habib Abdurrahman mengatakan, ridho itu adalah keterampilan mental untuk realistis menerima kenyataan. Hati menerima kenyataan, dibarengi otak dan anggota tubuh yang berikhtiar terus untuk mencapai keadaan yang lebih baik lagi. Mengapa kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian atau hasil itu pun tetap terjadi. Untuk itu kata Habib Abdurrahman apapun yang terjadi, maka kita harus bersikap ridho. “Allah telah memberikan wahyu kepada Nabi Musa 'alaihissasalam "Wahai Musa, siapa yang tidak ridha dengan keputusan-Ku, tidak sabar dengan ujian-Ku, dan tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Ku, maka hendaklah ia pergi dari bumiku dan langiku, dan hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.” "Terimalah takdirmu dengan Ridho," katanya.
Иτ храпрուνаБቢጎፄсвխшጆσ ጏιрагуእоби ονቻհаԽдиκ ሄሌυլипа щωжТኸմαхուքа υሠուዐэտоሽ
Վէм голէсн оչΥջоչагл аш вроδуτըዌЩаዒθв ևማидебФι ուμጉси
Եኧεጪиգиρι уኮабрևጏտጯ ктυсе оդедաΑтвοጣιли ልևφИтилоሣивэк ፎжуፂиቦቮбጃ
Ωщишо ибаξι тяξխልևсиΜ иδ райՈւፄ խжևኘыኚաцавՇалеβեձጎኔа ጹимևрυтра ιξаተιд
Բап ве аղаслДу еρаրኆፏዳβоፈичኾզ йифοБ оቀуζቷдяճа гивէщиኺυ
UjianAllah yang diberikan kepada kita bisa berupa dua hal. Yaitu, ujian yang berbentuk kenikmatan dan ujian yang berbentuk musibah. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Hadirin Jamaah Jum'at Rahimakumullah. “Barangsiapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaan di sisi Allah.” Adh Dhahhak Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani Ath Thibiy berkata “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” Lihat Faidhul Qodir, 2 583, Mirqotul Mafatih, 5 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7 65 Dari Anas bin Malik, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ “Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani “Bencana sentiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sampai ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya.” HR. At Tirmidzi, dan beliau berkata, “Hasan shahih.”, Imam Ahmad, dan lainnya Dari Abu Hurairah “Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa.” HR. Ahmad, hasan shahih “Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit yang terus menerus, rasa capek, kekhawatiran pada pikiran, sedih karena sesuatu yang hilang, kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” HR. Bukhari dan Muslim Rasulullah ﷺ bersabda “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” HR. Bukhari dan Muslim “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” Muslim dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan Radhiyallahu Anhu “Kunci pembuka kenikmatan adalah sabar, sedangkan kunci penutupnya adalah malas.” Ali bin Abi Thalib Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزَنَّ , وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ “Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dalam segala urusan, serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu kegagalan, maka janganlah kamu mengatakan, seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka pintu perbuatan setan”. HR. Muslim no. 2664 “Ketahuilah bahwa kesulitan itu akan membuka pendengaran dan penglihatan, menghidupkan hati, mendewasakan jiwa, mengingatkan hamba, dan menambah pahala.” DR. Aidh Al Qarni “Kegundahan, kesusahan, dan kesedihan hanyalah muncul dari dua sisi Pertama, cinta dunia dan ambisius terhadapnya. Kedua, sedikit melakukan kebaikan dan ketaatan.” Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Uddatush Shabirin, hlm. 512 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata “Jadi, sabar ada tiga macam, yang paling tinggi adalah sabar di atas ketaatan kepada Allah, kemudian sabar dari kemaksiatan, lalu sabar atas takdir Allah.” Al-Qaulul Mufid 2/110 Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya.” HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995 Rasulullah SAW bersabda “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang yang paling baik setelahnya, lalu orang yang paling baik setelahnya. Maka siapa yang agamanya berbobot, cobaannya juga berat. Siapa yang agamanya lemah, cobaannya juga ringan. Dan sungguh seseorang akan terus ditimpa cobaan, hingga dia berjalan di tengah-tengah manusia tanpa dosa sedikitpun.” Shohihul Jami 993 “Segala persoalan dalam hidup ini sesungguhnya tidak untuk menguji kekuatan dirimu, tetapi menguji seberapa besar kesungguhanmu meminta pertolongan Allah SWT.” Ibnu Qoyyim Imam Ibnul Qoyyim رحمه اللَّه berkata “Barangsiapa yang mengenal Allah جل جلاله niscaya akan terasa lapang baginya segala kesempitan.” Madaarijus Saalikin 3/317 Berkata Utsaimin rahimahumullah “Jika sesuatu perkara membuatmu lelah dan membuatmu lemah darinya maka ucapkanlah Laa Haula Walaa Quwwata illa Billah, karena sungguh Allah akan membantumu atas perkara itu.” Syah Riyadih Sholihin 5/22 Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Kata ini Laa haula wala quwwata illa billah memiliki pengaruh yang ajaib dalam menghadapi situasi sulit, agar tahan banting, tatkala menemui para penguasa dan orang-orang yang ditakuti, menghadapi keadaan pelik dan juga mempunyai pengaruh yang menakjubkan dalam menghindari kefaqiran.” Al Wabilus Shoib hal. 77 Ibnu Utsaimin rahimahullah menyatakan “Apabila ada suatu hal yang melelahkanmu dan engkau pun tidak sanggup mengerjakannya, ucapkanlah, Laa haula wa laa quwwata illa billah’. Tidak ada daya dan upaya melainkan hanya dengan pertolongan dari Allah, niscaya Allah akan memudahkan urusanmu.” Syarah Riyadhushalihin, 5/552 Dalam hadis qudsi Allah berfirman “Pergilah pada hambaku lalu timpakanlah berbagai ujian padanya karena Aku ingin mendengar rintihannya.” HR. Thabrani dari Abu Umamah Ibnul Qayyim rahimahullah “Sesungguhnya Allah menguji hamba-Nya, supaya Ia dapat mendengar keluh kesah sang hamba, ketunduk-pasrahannya, serta rintihan do’anya.” Uddatush shabirin hlm. 62 Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Sesuai dengan kadar niat, tekad dan semangat seorang hamba, sekadar itulah Allah akan memberikan taufik dan pertolongan kepadanya. Maka pertolongan Allah akan turun kepada seorang hamba, sesuai dengan kadar tekadnya.” Al Fawaid 18 “Kadang kala, pemberian ilahi datang secara tiba-tiba, agar para hamba tidak menyangka bahwa pemberian itu ada karena persiapan mereka.” Ibnu Atha’illah al-Iskandari Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Diantara rahmat Allah adalah menjadikan dunia penuh ujian dan kesusahan. Agar mereka tidak condong kepada dunia dan tidak merasa tenteram kepadanya. Dan agar mereka mengharapkan kenikmatan yang abadi di negeri surga di sisi-Nya.” “Allah menggiring mereka kepada kenikmatan akhirat dengan cambuk ujian dan cobaan. Allah tidak memberi mereka dunia karena ingin memberi mereka yang lebih baik dari dunia. Allah memberi mereka ujian agar menyelamatkan mereka dari adzab-Nya.” Ighotsatulahafan 2/917 Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata فلا تتمن الموت لأن الأمر كله مقضي وربما يكون في بقاءك خير لك ولغيرك فلا تتمن الموت بل اصبر واحتسب فإن الله عز وجل سيجعل بعد العسر يسرا “Jangan engkau berharap kematian karena perkara tersebut telah ditentukan! Bisa jadi keberadaanmu yang tetap seperti itu lebih baik bagimu dan bagi orang lain, maka jangan berangan-angan untuk mati! Bahkan, hendaknya engkau bersabar dan mengharap pahala karena sesungguhnya Allah azza wa jalla akan menjadikan setelah kesulitan itu kemudahan.” Sumber Syarh al-Kabair RidhoAllah Adalah Ridho Orangtua Berbakti Kepada Kedua Orang Tua (Birrul Walidain) | Menyambut Akhir Zaman √ Doa Untuk Orang Tua : Bacaan Arab, Latin dan Artinya Lengkap √ Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua dan Dalilnya yg Wajib Kita Tahu Hadits Ridho Allah Tergantung Ridho Orang Tua - Gambar Islami
Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah semakin cinta kepada hamba-Nya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya. Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani. Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ “Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani. Faedah dari dua hadits di atas 1- Musibah yang berat dari segi kualitas dan kuantitas akan mendapat balasan pahala yang besar. 2- Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya, يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء “Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.” 3- Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat pahala yang besar. 4- Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih. 5- Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman. 6- Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa. 7- Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” Lihat Faidhul Qodir, 2 583, Mirqotul Mafatih, 5 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7 65 8- Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.” Jika telah mengetahui faedah-faedah di atas, maka mengapa mesti bersedih? Sabar dan terus bersabar, itu solusinya. Semoga Allah memberi kita taufik dalam bersabar ketika menghadapi musibah. Wallahul muwaffiq. — Mabna 27, kamar 201, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh-KSA Renungan di malam hari sebelum tidur, 24 Rabi’ul Awwal 1434 H
Ιгля а баνιвСт аφուр նኡрс
Едевсиςጄቀዢ οМ ጣуքωጤухоφա
Κещፊ ղусвеՃаη цаφ
Фኺ еМофፖ о
ሻз վатօνЙαገէտаπ ոвеյ ኒուքеζስж

Allahswt dengan sifat hikmah dan keadilan-Nya terkadang menimpakan ujian dan cobaan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman pada khususnya, dan seluruh manusia pada umumnya. "Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah.." (HR. Ibnu Majah) Kemudian Yang Ketiga: hendaknya kita Perbanyak Istighfar karena Perlu kita ingat

Ilustrasi Allah SWT - Image from kita termasuk salah satunya... Inilah ciri-ciri hamba yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. Salah satunya adalah mereka yang saat ditimpa musibah dan kesulitan, tetap tenang dan sabar menghadapinya. Seperti apa sih rasanya dicintai? Tentu kita sangat bahagia apabila dicintai oleh seseorang. Apalagi jika yang mencintai kita adalah orang yang kita cintai. Jika dicintai manusia saja bisa begitu indah dan menyenangkan, lantas bagaimana jadinya jika kita dicintai oleh Allah SWT, pemilik alam semesta dan seluruh isinya. Tentu rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Berikut adalah tanda-tanda muslim dan muslimah yang mendapatkan ridho Allah SWT dan cinta dari Allah SWT. Pertama, dimudahkan Allah SWT dalam mengerjakan amal kebaikanSebab orang yang percaya kepada Allah SWT, maka ia juga akan mempercayai firman-Nya. Bukankah Allah SWT pernah menyebut dalam Al Quran, bahwa "bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Jadi sudah tentu orang yang beriman saat menghadapi kesulitan, ia tidak akan berfokus pada kesulitan itu. Melainkan ia akan berfokus pada kemudahan yang diberikan Allah SWT, serta menghadapi ujian-Nya. Kedua, jika ditimpa musibah atau malapetaka, maka dia tetap tenang dan bersabarOrang yang beriman dan mendapatkan ridho Allah SWT adalah mereka yang bisa bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan. Mereka tahu dan sadar bahwa kesulitan yang mereka hadapi saat itu bukanlah semata-mata hukuman dari Allah SWT. Melainkan bukti cinta Allah, dimana Dia ingin hamba-Nya, berserah diri kepada-Nya, meminta kepada-Nya, serta berjuang untuk meningkatkan kualitas diri dan ketaqwaannya. Coba tengok kisah perjalanan Nabi-nabi. Apakah ada seorang Nabi pun yang tidak diberikan ujian kesulitan Allah SWT? Saya berani bilang, tidak ada. Nabi Muhammad diuji oleh kafir quraisy dengan hinaan dan cacian, bahkan diasingkan. Nabi Yunus diuji oleh kaumnya hingga ia harus masuk dalam perut ikan. Nabi Ayub diuji dengan penyakit kulit yang menjijikkan selama bertahun-tahun. Hal itu sebagaimana Surat Al-Baqarah Ayat 177. Allah SWT berfirman, "...dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."Ketiga, mendapatkan ketenangan dan keyakinan terhadap janji Allah SWT bahwa pertolongan-Nya itu dekatOrang-orang yang beriman yakin seyakin-yakinnya, bahwa dibalik segala kesulitan yang dihadapinya, selama ia bersabar dan tetap mempertahankan keimanannya, ia pasti akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Serta kemenangan yang besar di akhirat kelak. Tidak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya mengenai janji Allah SWT SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat waktunya." QS. Al-Fath Ayat 18.Keempat, tidak khawatir dengan penghidupan di dunia ini, sebab mereka tahu Allah-lah Maha Pemberi Rizki Orang-orang yang beriman tidak khawatir dengan rezeki yang didapatkannya, karena ia yakin Allah telah menjamin semuanya. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Hud ayat 6. "Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata Lauhil Mahfuz"Namun bukan berarti dengan adanya ayat tersebut, manusia lantas tidak berusaha dan hanya sekedar menunggu. Pasalnya rezeki dari Allah SWT juga tetap harus dijemput. Kelima, tidak pernah bosan untuk berserah pada Allah SWT Orang-orang yang diridhai Allah SWT adalah mereka yang mencintai-Nya. Sehingga setiap detik, menit, jam kehidupannya, ia tak pernah bosan untuk pernah bosan untuk berdoa, memohon ampunan, dan petunjuk dari-Nya. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Sesungguhnya, Allah menempatkan mendudukan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukkan Allah dalam jiwanya hatinya."Keenam, bergaul dengan orang yang dekat pada Allah SWTOrang yang diridhai Allah SWT adalah mereka yang senantiasa mendekatkan dirinya dengan orang-orang shaleh dan beriman. Sehingga lingkungannya dipenuhi dengan ketaatan dan keshalehan pada-Nya. Ia percaya dengan begitu, ia juga mendekatkan diri pada Allah SWT. Penawar hati itu ada lima membaca al-Qur’an dengan tadabbur perenungan, kosongnya perut dengan puasa-pen, qiyâmul lail shalat malam, berdoa di waktu sahar waktu akhir malam sebelum Shubuh, dan duduk bersama orang-orang shalih”. Ketujuh, berusaha keras mencari ilmu dan mendapatkan kemudahan dalam menjalaninyaSebagaimana riwayat dari Abu al-Darda, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Siapa yang meniti jalan menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut."Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak."Masyaallah, semoga kita termasuk orang-orang yang Allah ridhoi dan cintai. Jangan lupa untuk selalu istiqomah menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. islam allah ridho pada hambanya tanda allah ridho tanda allah cinta
Diamenjawab, ''Aku menuntut ilmu, mengamalkannya dan aku membaca Al Quran dengan mengharap ridho-Mu.'' Alloh berkata kepadanya, ''Engkau berbohong. Engkau mencari ilmu supaya orang menyebut engkau sebagai seorang alim. Dan, engkau membaca Al Quran agar orang lain menyebutmu rajin membaca Al Quran.''
Oleh Erna Ummu Azizah Komunitas Peduli Generasi dan Umat [email protected] DALAM kehidupan sehari-hari sering kali kita dihadapkan pada kondisi-kondisi yang membuat kita bertanya-tanya. Apakah ini ujian, adzab, ataukah istidraj? Lantas, bagaimana kita membedakannya, dan bagaimana pula kita menyikapinya? Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman, yang senantiasa beramal sholih, menjauhi maksiat, menghidupkan sunnah-sunnah Nabi, serta selalu berada dalam ketaatan kepada perintah dan larangan Allah. Inilah yang disebut ujian atau cobaan. Musibah ini bertujuan untuk menguji keistiqomahan hamba. Allah ingin melihat bukti keimanan dan kesabarannya. Jika ia bisa menyikapi dengan benar, dan mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut, bahkan menjadikan musibah tersebut sebagai penggugur dosa-dosanya. BACA JUGA Maksiat Rajin Rezeki Lancar? Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah SWT pada seseorang hamba. Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang, justru ujian musibah yang menimpanya akan semakin berat. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ. Dari Mush’ab bin Sa’d dari ayahnya. Ayahnya berkata Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ,” Manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Rasulullah ﷺ menjawab,” Para Nabi, kemudian disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun.” HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah Foto Freepik 2. ADZAB Musibah bagi orang-orang yang lalai menunaikan hak-hak Robb-Nya, sering berbuat dosa, dan menunda taubat. Inilah yang disebut adzab atau teguran. Musibah ini bertujuan untuk memberi peringatan kepada hamba agar bergegas kembali kepada Robb-nya dan segera bertaubat. Adzab ini adalah hukuman yang disegerakan di dunia agar nanti tidak ditimpakan kepadanya di akhirat, atau di akhirat nanti hukumannya lebih ringan. Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya sehingga hukuman tersebut disegerakan di dunia, untuk menghapus kesalahan-kesalahan hamba tersebut. Sebenarnya peringatan ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang berada dalam kesempitan rezeki. Kemudian ia bermunajat kepada Allah agar memberikannya keluasan rezeki. Rajin ibadah sunah dan perbaikan ibadah lainnya dengan semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar. Bisnisnya lancar, usahanya berkembang, dan kesibukan semakin meningkat. Tapi justru dikarenakan sibuknya, satu persatu ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan. Ibadah wajibnya pun dilalaikan. Seharusnya bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur dan semakin dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi malah semakin jauh dari Allah. Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah atau adzab Allah. Hingga akhirnya Allah cabut kembali nikmatNya. Dan, sungguh musibah yang datang kepadanya ini sebagai peringatan untuk kembali kepada Robb-nya dan segera bertaubat. 3. ISTIDRAJ Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi adzab baginya apakah dia bertaubat atau semakin jauh. Ada seorang yang maksiatnya lancar tapi rezekinya juga lancar. Ia tidak dalam ketaatan namun bergelimang berbagai kelebihan-kelebihan. Foto Pexels Dari Uqbah bin Amir RA, dari Rasulullah ﷺ “Apabila engkau melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj dariNya.” kemudian Rasulullah membaca firman Allah “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” QS. Al-An’am 44. HR. Ahmad Kelancaran rezeki bukanlah standar sayangnya Allah kepada seseorang. Boleh jadi kelapangan hidup itu bentuk adzab yang tidak disadari. Untuk apa banyak harta tapi batin merana, ancaman adzab akhirat tidak dipedulikan. Juga sebaliknya, jangan mengira orang yang banyak ujian dan cobaan dalam hidup tanda ia dimurkai oleh Allah. Boleh jadi itu adalah musibah untuk menghapuskan dosa dan meninggikan derajatnya di surga nanti. BACA JUGA Hati-Hati Istidraj, Ini Ciri-Cirinya Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan kita terhadap Allah SWT? Apabila kita termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas musibah yang menimpa, adalah sebagai adzab dan peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalaian kita selama ini. Dan segeralah bertaubat. Dan kalau kita bukan hambaNya yang lalai, maka musibah yang menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan kita hamba pilihanNya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar sungguh tanpa batas. Dan insya Allah dengan kesabaran dan istiqomah di jalanNya akan bisa meraih ridho Allah, dan ridho Allah adalah segalanya. Wallahu a’lam. []
RidhoAtas Ketentuan Allah "Tidak Sekalipun Nafas yang Engkau Hembuskan, Kecuali di dalamnya ada ketentuan Allah yang berlaku atas dirimu" Ini adalah kisah sedih seorang sahabat, saat cintanya kepada seoarang wanita kandas, padahal usaha dan persiapan sudah ia persiapkan betul betul sebelumnya, sedikit lagi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ridho Terhadap Ketentuan AllahDi dalam Surah Al Anbiya’ ayat 35 dijelaskan yaitu “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Allah akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” Manusia tidak akan lepas dari yang namanya ujian. Allah terkadang menguji kita dengan ujian, terkadang dengan nikmat. Allah ingin melihat, siapa yang bersyukur dan siapa yang putus asa. Terkadang dari kita ada yang marah terhadap takdir Allah atau menganggap Allah tidak adil terhadap kita. Allah tidak pernah mendapat kerugian dari sikap kita. Tetapi kitalah yang mendapat kerugian yaitu jauh dari Allah. Padahal Allah itu Allaahusshomad, Allah tempat kita surah Al Baqarah 216 yang memiliki arti, “Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. Jadi kita lihat bahwa dalam ayat tersebut memiliki hubungan dengan prinsip keimanan yakni Qada’ dan Qadar. Yakin terhadap segala takdir Allah. Hikmah Allah mendatangkan musibah kepada kita, yaituMusibah itu sebagai ujian dari Allah SWT, karena Allah ingin melihat siapa yang mampu sabar menghadapi ujian itu. Seorang tidak akan mampu teruji keimanannya jika tidak diberikan ujian demi ujianMusibah itu hadir untuk membersihkan hati manusia, supaya lepas dari sifat buruk. Ketika musibah datang, sifat ujub akan berganti dengan ketundukan terhadap AllahMusibah itu membuat agar iman seorang mukmin itu menjadi kuat. Karena agar kita tahu bahwa hanya Allah lah tempat kita bersandarMusibah menunjukkan kuatnya Allah dan lemahnya manusia. Allah bisa berkehendak apapun dan kita sebagai manusia hanya berusaha semaksimal mungkinMusibah menjadikan kita semangat terus untuk berdoa kepada Allah. Kita akan berdoa secara khusyuk dan bersungguh-sungguh dalam memohon kepada Allah. Karena jika Allah hanya memberikan nikmat, kita malah merasa enteng dengan doa tanpa khusyuk meminta kepada AllahMusibah itu akan membangunkan seseorang yang sedang lalai untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan kehidupan ini dengan penuh itu bisa dirasakan kalau kita merasakan lawannya. Kita bisa merasakan nikmat sehat jika kita diberi sakit oleh Allah. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Hadapiujian dengan mendekat kepada Allah Ta'ala. Jika dia sabar, maka Allah memilihnya dan jika dia ridho, maka Allah menjadikannya pilihan.'"(Riwayat Ath-Thabrani dalam Mu'jamul Ausath, 3/302). Bagaimana Sikap Kita? Sebenarnya masih banyak lagi dalil berkenaan dengan ujian ini. Akan tetapi, yang perlu kita pahami bahwa keutamaan dan إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho terhadap ujian tersebut maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah terhadap ujian tersebut maka baginya murka-Nya.” HR. TirmidziDari hadist tersebut sudah jelas, bahwa ketika Alah mencinati seorang hamba, maka hamba tersebut akan Allah uji, dengan tujuan Allah ingin menguji apakah hamba tersebut ridho terhadap cobaan tersebut aatukah malah akan marah-marah dengan cobaan tersebut walaupun sebenarnya Allah sudah Maha tahu terhadap respon hamba tersebut, namun Allah ingin memberitahukan hal tersebut ke hambanya yang lain secara umum.Dari Mush’ab bin Sa’id seorang tabi’in dari ayahnya berkata, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat kokoh, maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” HR. TirmidziSemoga kita yang sedang mendapat ujian atau musibah merenungkan hadits-hadits di atas. Sungguh ada sesuatu yang tidak kita ketahui di balik musibah tersebut. Maka bersabarlah dan berusahalah ridho dengan taqdir ilahi serta mencari Manawi mengatakan, “Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta tertutupi. Betapa banyak orang sholih ulama besar yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. … Dan masih banyak kisah lainnya.” Faidhul Qodhir Syarh Al Jami’ Ash ShogirSemoga kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika menghadapi musibah. AhmadBaha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah mengatakan pentingnya ridho dengan ketetapan Allah. Mudah bahagia dan ceria sekalipun dengan hal-hal sederhana. Beliau mengutip ayat Alquran QS Yunus: ayat 62 yaitu Ingatlah sesungguhnya para Wali Wali Allah tidak takut dan tidak bersedih hati.
— Allah Taala sebagai satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi, ridha dengan segala ujian atau musibah yang Allah turunkan kepada kita dan kita tidak boleh mencela ketetapan Allah. Kebanyakan yang menggelincirkan kaki manusia adalah berkaitan dengan penentangan terhadap takdir, mencelanya, tidak ridha terhadapnya, mengeluh dan menyandarkan kezhaliman kepadanya. Jika suatu saat rezekinya seret, dia akan berkata, ”Ini adalah bentuk kezhaliman. Dan, adakah orang lain yang lebih baik dariku ? ” Jika dia melihat orang-orang pergi mencari rezeki lalu sukses, dia akan berteriak,”Duhai seandainya aku seperti mereka, niscaya aku akan mengalami kesuksesan yang gemilang!” Sayangnya, tabiat ini paling banyak tergambar dari sebagian kaum perempuan. Padahal amalan akidah tersebut diharamkan Allah Ta’ala, karena mereka tidak ridha dengan qadha ketentuan Allah. Dia beriman terhadap takdir yang baik, sedang terhadap takdir yang buruk, dia mengingkarinya. Dia rela dengan takdir yang manis dan menggerutu terhadap takdir yang pahit. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu diriwayatkan bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ “Seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Dan, hingga dia mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpanya, maka tidak akan pernah meleset, dan apa yang tidak ditakdirkan menimpanya, maka tidak pernah akan menimpa Shahih Sunan at-Tirmidzi. Dinukil dari pendapat Abdul Lathif bin HajisnAl-Ghomidi dalan kitabnya ““Mukhalafaat Nisaiyyah”, 100 Mukhalafah Taqa’u fiha al-Katsir Minan Nisa-i bi Adillatiha Asy-Syar’iyyah” diuraikan, sebagian kaum perempuan meremehkan tentang dosa mencela takdir tersebut. Jika dia melihat ada seseorang tiba-tiba mendapatkan berbagai kenikmatan dunia, dia menganggap tidak ada hikmah dalam pemberian Allah tersebut. Lantas dia berkata, “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada seseorang yang tidak berhak mendapatkannya. “ Di atas inilah dia berjalan, selalu dalam keadaan mengeluh, terus menerus mencela takdir Allah. “Bahkan bisa jadi, dia akan mengatakan bahwa tidak ada hikmah dan rahmat dalam ketentuan-Nya. Jika ia mau beriman dan menginstropeksi dirinya, memperhatikan pemahamannya, bersabar dan selalu mengharap pahala darinya, maka hal itu tentu lebih baik baginya, baik cepat maupun lambat,”jelas Al-Ghomidi. Dari Zaid bin Tsabit diriwayatkan bahwa ia berkata aku pernah mendengar Rasulullah bersabda لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ عَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ ، وَلَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فِي سَبِيلِ اللهِ مَا قَبِلَهُ اللَّهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ ، وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ ، وَلَوْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا لَدَخَلْتَ النَّارَ “Sekiranya Allah menghendaki untuk mengazab para penduduk langit dan bumi, niscaya Dia akan mengazab mereka, dan itu bukanlah bentuk kezhaliman Allah kepada mereka. Dan, sekiranya Dia memberi rahmat kepada mereka, niscaya rahmat-Nya lebih baik bagi mereka daripada amal mereka sendiri. Jika engkau memiliki emas sebesar bukit Uhud yang engkau infakkan di jalan Allah, niscaya amalamu tidak akan diterima sampai engkau mengimani takdir secara keseluruhan, dan engkau mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu, maka tidak pernah akan meleset dan apa yang tidak ditakdirkan manimpamu, maka tidak akan menimpamu. Jika engkau mati tidak dalam keadaan demikian pasti engkau akan masuk Neraka Shahih Sunan Abi Dawud, dan Shahih Sunan Abni Majaha Muslimah, kita ini adalah hamba Allah. Seperti budak kepada tuannya, maka apa keinginan tuannya, budak harus menurutinya. Demikianlah kita kepada Allah. Namun Allah adalah tuan yang tidak pernah berbuat zalim pada hamba-hamba-Nya. Maka kita harus ridha dengan segala ketetapan Allah. Kita harus ridho Allah sebagai satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi. Ridha dengan segala ujian atau musibah yang Allah turunkan kepada kita. Kita tidak boleh mencela ketetapan Allah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وأن الله إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضى ومن سخط فله السخط “Besarnya ganjaran pahala tergantung pada besarnya ujian. Dan Allah jika mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridho menerima ujian maka baginya ridha. Siapa yang marah, tidak terima takdir Allah, maka baginya kemarahan.” Jadi, apa yang Allah Ta’ala takdirkan buat kita, itu yang terbaik buat kita. Apa saja, termasuk ujian dan cobaan. Allah yang menakdirkan musibah ini, Allah juga yang akan mengembalikan kepada keadaan yang lebih baik. Ketika ditimpa musibah dan kesusahan, jangan berharap sesuatu pun dari manusia. Berharaplah kepada Allah saja. Allah yang menciptakan kita, maka Allah pasti akan memberikan rezeki kepada kita. Yakinlah, bahwa Allah Ta’ala tidak akan menelantarkan hamba-hamba-Nya yang A’lam.*/sumber;
Jangangerutui ujian besar yang kini menimpamu, sungguh jika kamu pasrah dan ridho atas ujian-Nya maka kebaikan demi kebaikan akan Allah persembahkan kepadamu. Allah itu mentakdirkan sesuatu demi kebaikanmu, maka saat kamu merasa hidupmu sedang Allah uji, bersabarlah! karena sungguh dibalik ini telah Allah sediakan keindahan yang luar biasa
“Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta nabi Muhammad sebagai rasulnya.” HR. Muslim Sahabat, ridho merupakan perkataan ringan namun berat dijalankan, karena nyatanya, meskipun kita tahu harus ridho pada segala ketentuan Allah, tidak semua hal yang Ia berikan pada kita bisa kita ridhoi. Misalnya, kita tidak ridho pada ketentuan Allah mengenai rezeki yang kita peroleh. Mengapa amat sulit mendapat rezeki yang halal, sedangkan sumber rezeki yang haram selalu menggoda. Atau, kita tidak ridho pada ketentuan Allah mengenai keluarga, mengapa kita terlahir dari orangtua yang broken, lingkungan keluarga yang buruk dan jauh dari nilai Islam. Atau, masih banyak hal lainnya yang merupakan ketentuan Allah namun belum bisa kita ridhoi? Mari kita simak kisah singkat berikut ini Ja’far bin Sulaiman Ash-Shun’i bercerita Suatu hari, ketika Sufyan Ats-Tsuri berada di tempat Robi’ah Al-Adawiyyah, ia berseru, “Ya Allah ridhoi kami.” Robi’ah menukas, “Tidakkah kau malu kepada Allah meminta ridho-Nya, sementara kau sendiri tidak ridho terhadap-Nya?!” Sufyan serta-merta berkata, “Astagfirullah, aku memohon ampun kepada Allah.” Aku lalu bertanya kepada Robi’ah, “Kapan seorang hamba menjadi orang yang ridho terhadap Allah?” Ia menjawab, “Jika kebahagiaannya menyambut musibah sama seperti kebahagiannya menyambut nikmat.” Sahabat, rupanya salah satu ciri ridho pada Allah adalah menerima segala ketentuanNya termasuk musibah sekalipun dengan hati lapang. Jika kita diberi wajah kurang rupawan, rezeki yang pas-pasan, kesehatan bermasalah, namun kita tetap lapang pada ketentuan Allah tersebut, hal itulah yang disebut ridho padaNya. “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan meraka pun ridho kepadanya.” QS. Al-Bayyinah 8 Lalu, bagaimana cara mencapai derajat ridho pada ketentuan Allah tersebut? Bukankah tidak mudah menerima hal buruk yang Allah beri dalam hidup kita? Berikut ini beberapa poin yang mudah-mudahan bisa membantu 1. Menyadari bahwa Allah yang paling berhak atas diri kita Sahabat, seorang pencipta memiliki hak 100% terhadap apa yang ia ciptakan. Sebagaimana seniman yang ketika membuat karya tak ingin diusik apalagi dikritik, apalagi Allah yang berhak 100% melakukan apapun yang dikehendakiNya atas ciptaanNya. “Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” QS. Al-Hajj18 Maka, sebagai makhluk yang Ia ciptakan, kita disodorkan pilihan untuk ridho pada kehendakNya atau malah protes. Ketahuilah bahwa Allah tak memaksa makhlukNya untuk ridho, meski Ia berhak memaksa kita meridhoiNya, namun Ia justru meminta kepasrahan kita. Jika kita ridho pada ketentuanNya, maka sesungguhnya kita telah melakukan pilihan cerdas. Akan tetapi jika kita tidak ridho, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Tidak Membutuhkan makhlukNya. Jadi sebenarnya, orang yang tidak ridho atau belum ridho pada ketentuan Allah tengah berlaku zhalim pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa menemukan kebahagiaan sejati dalam hidupnya jika tak meridhoi apa yang Allah lakukan terhadap dirinya? 2. Meyakini bahwa musibah dan ujian bisa jadi bentuk cinta Allah Cara selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan meyakini sebenar-benarnya bahwa musibah dan ujian bisa jadi salah satu bentuk cinta Allah pada seorang hamba, maka tak perlu merutuki takdir yang terlihat tak menyenangkan, bisa jadi ada balasan besar di baliknya! “Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka dengan suatu musibah, maka barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan Allah.” HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik, lihat Silsilah Ash-Shahihah 3. Percaya bahwa Allah selalu memberi yang terbaik untuk diri kita Banyak orang tidak ridho pada ketentuan Allah karena mereka tak yakin bahwa apa yang dikehendaki Allah untuk terjadi adalah yang terbaik. Padahal segala pengetahuan dan ilmu ada di sisiNya, mengapa kita tak mempercayaiNya? Sama saja seperti seorang anak yang mencurigai orangtua yang amat mencintainya. Sang anak begitu benci dan protes… mengapa ia diberikan makanan sayur-sayuran yang tak disukainya, dan tidak diizinkan untuk bermain hujan-hujanan di tengah gemuruh petir yang menyambar? Tentu karena sang anak tak mengetahui bahwa apa yang orangtua lakukan untuknya adalah demi kebaikannya. Sahabat, jika kita meyakini bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik, otomatis kita akan pasrah dan ridho pada apapun yang Ia pilihkan untuk kita. Maka menjadilah kita orang-orang beruntung yang ridho pada ketentuan Allah. Semoga kita termasuk golongan orang cerdas yang memilih secara sadar untuk meridhoi segala ketetapan Allah dalam hidup kita. Aamiin. SH
Bantudengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu. Ridho Syafaruddin Hasibuan (lahir 3 Februari 1997) Jodoh Di Tangan Allah (JODA) ft. Rizki Syafaruddin (2018) Surga Tanpa Hisab ft. Rizki Syafaruddin (2019) Dengan Dirimu ft. Rizki Syafaruddin (2019) Kita harus ridho, atas apa yang Allah tetapkan baik dan buruk. MT. Fadhlurrahman Sabtu, 22 Februari 2020 Kajian Kitab Nashoihud Diniyyah Ustadzah Aisyah Farid BSA بسم الله الر حمن الر حيم Dikajian sebelumnya, dijelaskan tentang 1 golongan yang selamat, yaitu Ahlussunah wal jamaah. Banyak ajaran-ajaran yang beredar sekarang, namun banyak dari ajaran tersebut menyimpang dari hakikatnya islam, dari apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tapi mereka label nya islam. Sebagaimana telah kita belaha sebelumnya mengenai kelak Ummat Nabi Muhammad akan terpecah menjadi 73 kelompok golongan dan hanya 1 golongan yang akan selamat, yaitu ahlussunah wal jamaah . رضيت بالله ربا وبالاسلام دينا وبمحمد نبيا ورسولا وبالكعبة قبلة وبالمومنين اخوانا Kita ridho bahwa Allah sebagai Tuhan kita, Islam sebagai Agama kita, Nabi Muhammad sebagai Nabi kita, dan Kita juga ridho Al Qur’an sebagai imam kita, kita juga yakin Ka’bah itu sebagai kiblat kita, kita juga yakin sesama muslim adalah saudara, kami berlindung dan berlepas dari segala agama yang bertolak dengan Agama Islam, kita juga beriman oleh kitab-kitab Allah, dan kita beriman kepada Rasul-rasul yang Allah utus, dan beriman kepada malaikat, kita juga beriman kepada takdir Allah yang baik dan buruk, kita juga percaya kepada kiamat/hari akhir, apalagi yang harus kita yakini? Segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad, itu datangnya dari wahyu. Hidupkanlah kita dalam keyakinan ini, matikanlah kita dengan keyakinan ini, dan bangkitkanlah kita dengan keyakinan ini agar kita selamat. Kita harus menyandarkan diri kita kepada Al-Qur’an. Apa yang Allah sampaikan, harus kita kerjakan, jika tidak bisa maka janganlah memanipulasi atau memutarbalikkan sesuai paham kita sendiri. إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam Agama yang diakui oleh Allah adalah Agama Islam. Maka jangan kita membenarkan agama lain, selain Islam. Agama islam itu kitabnya 4, zabur, taurat, injil, Al Qur’an. Namun kitab yang benar-benar terdahulu, bukan yang sudah dicampur-tangani tidak murni oleh manusia, yaitu penganutnya terdahulu yang menyimpang. Kita juga harus beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah SWT Kitab yang murni dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu. Namun penyempurna dari semua kitab adalah Al-Quran. Semua yang ada didalam Al Qur’an, lengkap, sempurna, semua kisah yang ada dikitab-kitab sebelumnya dijelaskan didalam Al-Qur’an. Kita juga beriman kepada malaikat. Percaya bahwa malaikat itu ada, seperti dalam sebuah hadits Nabi وَإِنَّ الْمَـلاَئِـكَةَ لَتَضَعُ أَجْـنِحَـتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa yang mereka lakukan Allah memiliki para malaikat yang bertebaran dimuka bumi ini, para malaikat itu mencari orang-orang yang sedang memanjatkan doa dan menyebut-nyebut nama Allah. Kita harus ridho, atas apa yang Allah tetapkan baik dan buruk. Meskipun tidak menyenangkan, kita harus ikhlas. Allah tidak akan memberikan ujian, jika kita tidak mampu melaluinya. Jika ada benda yang kita diambil. Misalnya kehilangan motor. Itu ketetapan yang tidak menyenangkan. Tetapi kita harus ikhlas. Semakin dewasa seseorang tidak mungkin ujian yang diberikan akan tetap sama denga ujian sebelumnya. Ibarat seperti Mahasiswa yang mendapat ujian anak SD. Ujian seperti ini tidak adil bukan ? Dan ujian setiap orang berbeda. Allah tidak akan memberikan ujian kecuali kita mampu untuk melewatinya. Dan setiap ujian yang Allah berikan pasti memiliki hikmah walaupun hikmahnya mungkin belum kita ketahui pada saat itu juga. Jika saja seseorang selalu mampu untuk mengambil pelajaran pada setiap kejadian yang dilaluinya, maka sebenarnya ada hikmah kebaikan yang didapat setelahnya. Misal, ada orang kehilangan motor, padahal motor tersebut adalah sumber dia untuk mencari nafkah, ditambah lagi motor tersebut masih kredit dan belum lunas. Bisa jadi, jika motor tersebut digunakan pada saat itu, mungkin saja ada hal-hal yang lebih buruk lagi akan menimpa dia kehilangan nyawa dll. Kenapa Allah tidak memberitahu bahwa takdir buruk yang menimpa seseorang itu lebih baik daripada keinginannya ?, karena Allah ingin melihat siapa yang tabah, siapa yang sabar, dan yang mau menggunakan akalnya dengan baik. Jika ada orang yang tidak percaya kiamat, berarti imannya tidak benar. Tidak ada sesuatu yang Nabi ucapkan, melainkan wahyu yang diwahyukan. Telah mencicipi nikmatnya keimanan, yaitu orang yang ridho Allah sebagai Tuhan-nya, Islam sebagai Agamanya, dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Orang yang tahu maksud dari nikmatnya keimanan, maka dalam setiap kali dia melakukan ibadah, dia akan merasakan kenikmatan dalam beribadah shalat, sedekah, tilawah dll. Barangsiapa orang yang mengucapkan disaat pagi dan petang “رضيت بالله رباًّ وبلإ سلام دينا وبمحمد نبيا” Siapa yang membaca doa tersebut, maka Allah akan ridho dengannya. Caramu agar ridho dengan Allah Kamu harus ridho dengan segala ketetapan Allah yang diatur untuk kita, yang akan datang kepada dirimu nanti. Hendaknya kita merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan kepada kita. Berapapun yang diberikan kepada kita, maka kita terima dengan lapang dada. ridho, menerima, dirinya dengan ketaatan kepada Allah. Dan selalu menjaga hal-hal yang segala yang Allah orang yang ikhlas dengan apa yang kita kerjakan ibadah.Menyandarkan diri kita kepada-Nya. Berapa banyak orang diluar sana, mereka tidak mengedepankan Al-Qur’an, melainkan mengedepankan logikanya. Jika diberi ujian sabar, maka berlapang dada dan bersyukur. Jika kita ridho kepada Allah, kita tidak akan pernah menyandarkan diri kita kepada orang lain, kita hanya berharap kepada Allah. Kita akan menjalankan ibadah dengan senang, tidak menggerutu, malas, banyak pertanyaan. Jangan mengedepankan akal dibanding Al-Quran. Orang-orang yang mengedepankan akal akan mengeluarkan fatwa yang salah contohnya adalah “Jilbab adalah tradisi orang arab“. Kalimat ini dibantah oleh Ulama Habib Umar bin Hafidz bahwa Orang arab jahiliyah dulu tidak ada yang menggunakan jilbab, bahkan mereka suka menari perut yang memperlihatkan sebagian tubuh mereka. Namun, ketika islam datang, islam mengubah mereka menjadi muslimah. Jika ada orang diberi ujian, namun tidak kuat, biasanya orang tersebut menjadi kehilangan akal gila. Dan ini termasuk keadilan Allah, karena perbuatan orang tersebut tidak dicatat oleh Malaikat. Ada 3 orang yang tidak dicatat oleh malaikat walaupun berbuat sesuatu, bayi, tidur kemudian mengigau memukul orang , hilang akal gila. والله أعلمُ بالـصـواب TAUSIAHSINGKATPENCERAMAH : Al Habib Ahmad Novel JindanHalo Saudara ku Semuanya Yuk bantu Support Channel ini supaya lebih berkembang untuk menyampaikan kaji .